Senin, 12 November 2012

Cinta Dalam Bayang Kain Kanvas

   
Jemari- jemarinya gemulai merangkai sang bayangan, hadirkan jiwa diujung angan hempaskan keresahan dalam kain kanvasnya.
“ Bagus banget lukisannya!” ujar Bela. Bela selalu senantiasa menemani Ilham sang kekasihnya bila dia sedang melukis.
“ Tak ada lukisan yang tak indah, karena inilah jiwaku”. Tegasnya Ilham
 Ilham sosok yang tangguh dan penuh kemisteriusan. Sampai saat inipun Ilham tak pernah mau tau dengan dunianya untuk menikahi Bela, sedang Bela slalu berharap kelak Ilham bisa menjadi kepala keluarga.
Bela begitu bahagia bisa bersama dengan Ilham, setiap luikisannya hanya slalu Bela menjadi objeknya.
“ Bulan depan akan ada Festival Pameran Lukisan Terbesar  se- ASIA, apa kau berminat?” Tanya Bela dengan penuh harap.
“Semua Lukisan ini hanya akulah yang bisa menikmatinya!’ jawab Ilham dengan ketus.
Bela begitu sabar menjalani hari – harinya dengan Ilham, kalupun bukan karena kasihsayangnya yang tulus takkan ada Ilham dalam hatinya. Mereka akan berencana menikah, namun belum pasti.
***Keesokan harinya***
Dalam benak Ilham hanya bayang kain kanvasnya yang selalu ia rindukan, dimanapun dia berpijak, dia selalu terinspirasi untuk menuangkan hasrat jiwanya diatas kain kanvas.
Dipasar, tempat Ilham selalu berbelanja kebutuhannya. Dia menatap wanita diseberang ujung pasar. Saling menatap dengan penuh keindahan dipagi hari.
“Tantri? Yah… dia adalah Tantri…(Ilham mengejar wanita itu) Tantri… ( sial dia tlah pergi). “ Tantri…. Kamu masih disini aku berharap cintaku kembali”.
    Ilham kembali kerumah dengan sejuta harap, ia akan bertemu Tantri kembali, yaa… Tantri, wanita yang selalu dicintainya, Tantri masalalu yang membuatnya bangkit dari jiwa – jiwa kehampaan. Meski telah bertahun – tahun Tantri meninggalkannya, namun persaan dan cinta Ilham tak pernah pergi.
“ Ternyata Tantri tak berubah, dia tetap seanggun dulu, aku ingin Tantri kembali padaku”.
Senja diufuk barat menghempaskan awan begitu indah. Ilham sedang menikmati gemulai jemarinya dikain Kanvasnya, sembari membayangkan kejadian tadi pagi.
(tok…tok..tok….) “ permisi….”
( Ilham membuka pintu dan terkejut)
“ Tantri…???” ( menatapnya tajam-tajam)
“iya… aku Tantri” jawab Tantri (tersenyum)
“ Silahkan masuk, Bagaimana kamu tahu kalau aku disini?” Tanya Ilham dengan penuh kebahagiaan dan tak terduga sosok wanita yang dicintainya datang menghampirinya.
“ saya rasa itu tidak terlalu penting” (tantri menatapnya)
Hati dendam akan kerinduan, rindu yang mendalam. Layaknya mereka saling melepas rindu yang terpuruk karena persaan sendiri.
“ Sampai saat ini akupun tak ingin menikah, karena aku tahu kau pasti akan kembali, tak hanya dalam bayang dan mimpi saja”. Kata Ilham dengan polos.
“ Kau salah, aku hadir bukan untuk kembali, hanya saja aku ingin memastikan kau masih ada…. !” canda Tantri
“ Putrimu cantik juga, anggun seperti ibunya”. Ucap ilham sambil mengusap dahi putri Tantri.
Hari itu adalah hari yang penuh kebahagiaan bagi Ilham. Meskipun ia telah merasakan hancurnya persaan melihat Tantri telah berkeluarga, namun ia masih bisa memiliki sedikit harapan untuk dapat mengisi kekosongan hari-hari Tantri sejak ditinggal sang suaminya.
****
Setelah beberapa hari Ilham saling bertemu dengan Tantri dan dilain pihak, bela tak rela melihat kekasihnya kembali dengan sang masa lalunya. Namun apa daya, Bela pun baru merasakan keindahan senyum yang tulus dari Ilham dan Bela tahu dia harus merelakan Ilham dengan wanita itu. Pada saat itu pula Bela memutuskan hubungannya dengan Ilham. Sedang Bela harus belajar dari kemunafikannya.
****
Anggunya wajah Tantri, pantas saja Ilham tetap mengharapkannya.
“ Maukah kamu melukis wajahku?” pinta Tantri.
“ Tentu saja mau, karena kamu wanita yang terindah” Jawab Ilham.
Tanpa berfikir panjang, tanpa ketersediaan kebutuhan, Ilham dengan segenap jiwanya melukis wajah Tantri sampai setengah tubuhnya yang indah. Jiwa-jiwa Ilham terhanyut dalam wajah Tantri yang membayangi kain kanvas didepan mata Ilham …
Jemari lentiknya menggayuhkan kuas dengan tenang, tatapan matanya yang tajam mampu membalas sorotan mata Tantri dengan indah, langkah bayangan dalam jiwa hanya ada senyum manis Tantri …
Sejenak Ilham terdiam ….( berhenti melukis)
“ Ada apa Ilham, apakah senyumku tak lagi indah?” Tanya Tantri sambil melangkah ingin melihat lukis dirinya.
Tanpa disadari
“ Maaf Tantri ( menusuk dada Tantri), aku harus melakukan ini, lukisan ini akan indah bila senyum bibirmu bisa berwarna merah darah”. Ujarnya dengan sikap apriorinya.
“ hanya karena jiwamu yang mengagumiku, kau tega melukaiku” ujar Tantri(sambil terjatuh)
Dilain pihak Ilham melajutkan lukisannya dengan memberi warna darah pada senyum yang tersungging dibibir Tantri yang terlukis pada kain kanvas itu.
Selesai sudah lukisan yang dibuatnya. Begitu menakjubkan lukisan itu, keanggunan paras Tantri yang membuat Ilham selalu ingin menikmatinya ( lama Ilham terpesona dengan lukisan berdarah, tiba-tiba ia sadar dan menangis, karena telah membuat Tantri pergi dari dunia ini).
Senyum Senja Tinggalkan Sang Surya Tenggelam Menapaki Selat Bumi … Deru angin hembuskan nafas kebahagiaan dalam lubuk hati … Seribu Angan dan Fantasi yang berselimut Gelak Tawa kini menjadi  Deraian Air Mata Ilham yang tak berarti….







MAAFKAN AKU KARENA TELAH MENCINTAIMU DENGAN KEBEBASAN KU  HINGGA MENGANGTARKAN PADA TIDUR PANJANGMU …… MAAFKAN  AKU KASIH  SEMOGA KAU TENANG DIALAM SANA ……… DENGAN SEGENAP JIWA KU AKAN MERAWAT BUAH HATIMU …









BY : Risky NH
Sang Penulis Kreatif
Dibuat  05 Feb  2010

Senyum Di Ujung Senja