AYAH WAJIB BACA….!!!
MERASA HEBAT DI MATA ORANG TAPI NOL BESAR DI MATA KELUARGANYA.
Yang merasa tersinggung mending jangan baca tulisan
ini ya….
Jumpa
lagi dengan chiz kreatif..
Seorang
suami bagi istrinya dan seorang ayah bagi anaknya tentunya memegang peran
penting dalam kehidupan berkeluarga. Tentunya seorang suami menurut islam
adalah seorang pria yang dapat menjadi panutan sekaligus imam bagi keluarganya,
selain utamanya menghidupi keluarga dengan bekerja.
Terkadang tidak semua tahu bagaimana menjadi seorang
Ayah yang hebat untuk anak dan istrinya. Hal tersebut menyebabkan rawannya
pertengkaran keluarga atara istri dan suami, walapun memang tidak menutup
kemungkinan kesalahan juga terdapat pada sang istri. Namun apa salahnya kita
sebagai kepala keluarga lebih siap dan lebih baik daripada istri kita.
Sosok kepala rumah tangga ideal yang
sejati, Rasulullah Shallallahu’alaihi Wasallam pernah bersabda:
«خَيْرُكُمْ
خَيْرُكُمْ لأَهْلِهِ وَأَنَا خَيْرُكُمْ لأَهْلِى»
“Sebaik-baik kalian adalah orang
yang paling baik (dalam bergaul) dengan keluarganya dan aku adalah orang yang
paling baik (dalam bergaul) dengan keluargaku”1.
Karena kalau bukan kepada anggota
keluarganya seseorang berbuat baik, maka kepada siapa lagi dia akan berbuat
baik? Bukankah mereka yang paling berhak mendapatkan kebaikan dan kasih sayang
dari suami dan bapak mereka karena kelemahan dan ketergantungan mereka
kepadanya? Kalau bukan kepada
orang-orang yang terdekat dan dicintainya seorang kepala rumah tangga bersabar
menghadapi perlakuan buruk, maka kepada siapa lagi dia bersabar?.
Imam al-Munawi berkata: “Dalam
hadits ini terdapat argumentasi yang menunjukkan (wajibnya) bergaul dengan baik
terhadap istri dan anak-anak, terlebih lagi anak-anak perempuan, (dengan)
bersabar menghadapi perlakuan buruk, akhlak kurang sopan dan kelemahan akal
mereka, serta (berusaha selalu) menyayangi mereka”
Potret
Kepala Keluarga Ideal Dalam Al-Qur-an
Allah Ta’ala menggambarkan
sosok dan sifat kepala keluarga ideal dalam beberapa ayat al-Qur-an, di
antaranya dalam firman-Nya:
{الرِّجَالُ
قَوَّامُونَ عَلَى النِّسَاءِ بِمَا فَضَّلَ اللَّهُ بَعْضَهُمْ عَلَى بَعْضٍ
وَبِمَا أَنْفَقُوا مِنْ أَمْوَالِهِمْ}
“Kaum laki-laki itu adalah
pemimpin bagi kaum perempuan, oleh karena Allah telah melebihkan sebahagian
mereka (laki-laki) atas sebahagian yang lain (perempuan), dan karena mereka
(laki-laki) telah menafkahkan sebagian dari harta mereka” (QS an-Nisaa’:
34).
nilah sosok suami ideal, dialah lelaki yang mampu menjadi
pemimpin dalam arti yang sebenarnya bagi istri dan anak-anaknya. Memimpin
mereka artinya mengatur urusan mereka, memberikan nafkah untuk kebutuhan hidup
mereka, mendidik dan membimbing mereka dalam kebaikan, dengan memerintahkan
mereka menunaikan kewajiban-kewajiban dalam agama dan melarang mereka dari
hal-hal yang diharamkan dalam Islam, serta meluruskan penyimpangan yang ada
pada diri mereka.
Dalam ayat lain, Allah Ta’ala berfirman:
{وَاذْكُرْ
فِي الْكِتَابِ إِسْمَاعِيلَ إِنَّهُ كَانَ صَادِقَ الْوَعْدِ وَكَانَ رَسُولا
نَبِيًّا. وَكَانَ يَأْمُرُ أَهْلَهُ بِالصَّلاةِ وَالزَّكَاةِ وَكَانَ عِنْدَ
رَبِّهِ مَرْضِيًّا}
“Dan ceritakanlah (hai Muhammad
kepada mereka) kisah Ismail (yang tersebut) di dalam al-Qur’an. Sesungguhnya
dia adalah seorang yang benar janjinya, dan dia adalah seorang rasul dan nabi.
Dan dia (selalu) memerintahkan kepada keluarganya untuk (menunaikan) shalat dan
(membayar) zakat, dan dia adalah seorang yang di ridhoi di sisi Allah” (QS
Maryam: 54-55).
Inilah potret hamba yang mulia dan
kepala rumah tangga ideal, Nabi Ismail ‘alaihissalam, sempurna imannya
kepada Allah, shaleh dan kuat dalam menunaikan ketaatan kepada-Nya, sehingga
beliau ‘alaihissalam meraih keridhaan-Nya. Tidak cukup sampai di
situ, beliau ‘alaihissalam juga selalu membimbing dan memotivasi
anggota keluarganya untuk taat kepada Allah, karena mereka yang paling pertama
berhak mendapatkan bimbingannya.
Ini adalah kewajiban utama seorang
kepala rumah tangga terhadap anggota keluarganya. Allah Ta’ala
berfirman:
{يَا
أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا قُوا أَنْفُسَكُمْ وَأَهْلِيكُمْ نَاراً وَقُودُهَا
النَّاسُ وَالْحِجَارَةُ}
“Hai orang-orang yang beriman,
peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka yang bahan bakarnya adalah
manusia dan batu” (QS at-Tahriim:6).
Ali bin Abi Thalib radhiallahu’anhu,
ketika menafsirkan ayat di atas, beliau berkata: “(Maknanya): Ajarkanlah
kebaikan untuk dirimu sendiri dan keluargamu”
Syaikh Abdurrahman as-Sa’di berkata:
“Memelihara diri (dari api neraka) adalah dengan mewajibkan bagi diri sendiri
untuk melaksanakan perintah Allah dan menjauhi larangan-Nya, serta bertobat
dari semua perbuatan yang menyebabkan kemurkaan dan siksa-Nya. Adapun
memelihara istri dan anak-anak (dari api neraka) adalah
dengan mendidik dan mengajarkan kepada mereka (syariat Islam), serta memaksa
mereka untuk (melaksanakan) perintah Allah. Maka seorang hamba tidak akan
selamat (dari siksaan neraka) kecuali jika dia (benar-benar) melaksanakan
perintah Allah (dalam ayat ini) pada dirinya sendiri dan pada orang-orang yang
dibawa kekuasaan dan tanggung jawabnya”
Seorang pemimpin keluarga yang bijak tentu mampu memaklumi kekurangan dan
kelemahan yang ada pada anggota keluarganya, kemudian bersabar dalam menghadapi
dan meluruskannya.
{وَعَاشِرُوهُنَّ
بِالْمَعْرُوفِ فَإِنْ كَرِهْتُمُوهُنَّ فَعَسَى أَنْ تَكْرَهُوا شَيْئًا
وَيَجْعَلَ اللَّهُ فِيهِ خَيْرًا كَثِيرًا}
“Dan bergaullah dengan mereka
secara patut. Kemudian jika kamu tidak menyukai mereka, (maka bersabarlah)
karena mungkin kamu tidak menyukai sesuatu, padahal Allah menjadikan padanya
kebaikan yang banyak” (QS an-Nisaa’: 19).
Rasulullah Shallallahu’alaihi
Wasallam bersabda: “Berwasiatlah untuk berbuat baik kepada kaum wanita,
karena sesungguhnya wanita diciptakan dari tulang rusuk (yang bengkok), dan
bagian yang paling bengkok dari tulang rusuk adalah yang paling atas, maka jika
kamu meluruskannya (berarti) kamu mematahkannya, dan kalau kamu membiarkannya
maka dia akan terus bemgkok, maka berwasiatlah (untuk berbuat baik) kepada kaum
wanita”
Seorang istri bagaimanapun baik
sifat asalnya, tetap saja dia adalah seorang perempuan yang lemah dan asalnya
susah untuk diluruskan, karena diciptakan dari tulang rusuk yang bengkok,
ditambah lagi dengan kekurangan pada akalnya. Rasulullah Shallallahu’alaihi
Wasallam bersabda:
“إن
المرأة خلقت من ضلع لن تستقيم لك على طريقة”
“Sesungguhnya perempuan diciptakan
dari tulang rusuk (yang bengkok), (sehingga) dia tidak bisa terus-menerus
(dalam keadaan) lurus jalan (hidup)nya”
Yapss… di atas sudah di jelaskan
secara agama bagaimana sosok seorang Suami dan Ayah di dalam keluarga.
Banyak sekali dari kepala keluarga di luaran sana ia merasa
di hebatkan oleh masyarakatnya, kawan, teman, sahabat dan lain sejenisnya akan
tetapi saat di rumah ia akan kehilangan kumpul bersama istri dan anaknya, sebab
ia merasa nyaman dengan KEHEBATANNYA yang di sanjung2. Dan pada akhirnya
Kehebatannya lah yang akan menghancurkan keluarga.
Mau di pandang hebat di mata orang
lain…??? Itu salah besar,, sebaiknya bersikaplah bijaksana terhadap keluargamu
maka Istri dan Anak akan memandang Suami
dan Ayah yang paling hebat dan akhirnya masyarakat akan mengikutinya.
Chiz Writer